Selamat
malaaaam.. saya menulis ini pada malam hari setelah seharian saya belajar, saya
merenung, saya memikirkan banyak hal, mengaitkan banyak hal. Seperti biasa,
dalam tulisan ini saya ingin bercerita terlebih dahulu tentang hal-hal
menakjubkan yang saya telah alami *kata lain dari curhat, hehe*.
Saya, saya seseorang yang tahu
rasanya jatuh *sakit*, bangun *kuat*, menang *bahagia*, kalah *kecewa*. Saya
sudah akrab dengan hal-hal yang seperti itu. Seingat saya, pertama kali saya
kalah adalah ketika umur saya 5 tahun, dalam sebuah lomba menghafal juz ‘amma
tingkat kecamatan. Itu baru kalah dalam perlombaan akademis, dalam perlombaan
kehidupan, saya lupa kapan saya pertama kali kalah, tapi saya sadar sekarang
bahwa saya sering kalah, dan itu menyakitkan, melemahkan, mengecewakan, *hanya
untuk beberapa saat* sama halnya dengan saat mengalami jatuh. Beberapa saat
yang lain, ketika saya ‘memaksa’ diri saya untuk belajar dari kekalahan
tersebut, ketika saya ‘mendoktrin’ pikiran saya untuk mengakhiri keadaan jatuh
tersebut, saya merasa sangat bersyukur karena setelahnya saya mendapatkan
kekuatan, saya jadi tahan banting terhadap problematika hidup yang bisa kapan
saja menjatuhkan. Saya selalu menyiapkan payung sebelum hujan. Ya, ketika saya
bangkit, saya selalu berkata kepada diri saya bahwa “Saya bisa lebih baik, saya
bisa lebih cepat, saya bisa lebih bahagia”. Kata-kata itu nyatanya bisa
membangkitkan semangat dan kemauan saya, serta tekad saya untuk tidak menyerah
dan tidak terjatuh lebih lama. Untungnya, saya punya sifat ngotot dan keras
terhadap ‘kelemahan’ yang Allaah anugerahkan kepada saya.
Sedikit pesan kepada adik-adik saya
yang ‘senasib’ dengan saya satu tahun silam : ingin berada pada jalan yang
besar, pada tempat yang dikenal, pada suasana akademis yang menantang, namun
harus berada di jalan yang kecil, pada tempat yang dipandang sebelah mata, pada
suasana akademis yang biasa saja ; percayalah, bahwa inilah takdir terbaik yang
Allaah berikan pada orang-orang terpilih bin istimewa. Orang-orang yang kuat
bangkit setelah jatuh, orang-orang yang tersenyum kembali setelah tangis yang
menjadi. Saya kutipkan firman Allaah dalam Q.S. At-Taubah : 120 “Sungguh
Allaah tidak akan menyia-nyiakan pahala bagi orang-orang yang berbuat baik”
Salah satu awal perbuatan baik damal ayat tersebut adalah bersyukur dan mengakhiri
segala rupa kesedihan dan *maaf* umpatan kepada keadaan. Hal yang harus kita
alami ketika kita berada pada jalan yang sempit adalah kita harus mempunyai
kegigihan yang lebih untuk sampai pada tempat yang besar, sehingga kita harus
berusaha lebih keras daripada mereka yang sudah berada pada jalan yang besar.
Dan beruntunglah bagi orang-orang berusaha lebih keras karena orang yang
berusaha lebih keras akan mendapatkan balasan yang lebih baik (Q.S. An-Nisa’ :
95-96).
Saya ingat sebuah rumus fisika yang dajarkan ketika saya kelas X dan
diulangi ketika saya kelas XII, pada bab listrik *tapi lupa listrik dinamis
atau statis* bahwa semakin kecil luas penampang maka akan semakin sedikit
hambatan untuk arus listrik yang melewatinya. Saya ingin mengutak atik rumus
tersebut. Analogikan diri kita dengan arus, jalan yang kita lewati dengan luas
penampang, dan masalah serta airmata sebagai hambatan. Mirip ya, kalimatnya
akan menjadi seperti ini, bahwa semakin kecil jalan yang harus kita lalui, maka
akan semakin sedikit masalah yang akan menghambat perjalanan yang diri kita
lalui. Semoga memang begitu. Mungkin dari lingkungan memang lebih sedikit
masalah, sementara dari diri kita sendiri, terutama bagi orang-orang yang
berambisi, mempunyai mimpi besar sebelum ini, pasti awalnya akan terasa begitu
sulit. Kembali lagi, saya mengutip ayat Al-Qur’an, “Dan Kami memudahkan
bagimu ke jalan kemudahan (mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat)” Q.S.
Al-A’laa : 8. Diperkuat lagi dalam Q.S. Al-Lail : 7 “Maka akan Kami mudahkan
baginya jalan menuju kemudahan”. Dari dua ayat ini, bisa dimaknai bahwa
kesulitan, kesedihan, dan kekecewaan di awal itu adalah cara Allaah untuk
memudahkan jalan yang akan kita tempuh selanjutnya. Mau bersedih apalah
gunanya, toh kita juga sudah ada di jalan ini. Yakini saja, inilah jalan yang
Allaah berikan kepada kita untuk menuju kebahagiaan, sebagaimana FirmanNya.
Dalam hidup, kita pasti memohon
terus berada dalam kebahagiaan, ketentraman, kedamaian jiwa dan raga, namun tak
jarang Allaah memberika kesulian, kekecewaan, kehilangan dalam hidup kita ini.
Ya, tawa dan tangis memang kehendak Allaah “Dan sesungguhnya Dialah yang
menjadikan orang tertawa dan menangis”Q.S. An-Najm : 43. Tipsnya dalam
hidup, yang pasti sudah populer ditelinga segenap pembaca ialah sabar ketika
kita menangis, dan syukur ketika kita tertawa. Allaah pasti punya maksud
dibalik segala macam peristiwa. Husnudzon saja, sebagaimana hadits riwayat Muslim,
“Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra., ia berkata Rasulullaah saw. Bersabda :
Allaah Azza wa Jalla berfirman : Aku bertindak berdasarkan prasangka hambaKu
kepadaKu. Aku bersamaNya ketika ia mengingatKu. Jika ia mengingatku di dalam
dirinya, maka Aku mengingatnya dalam diriKu, jika ia mengingatKu
ditengah-tengah suatu kaum, tentu Aku akan mengingatnya dalam suatu kaum yang
lebih besar daripada mereka. Jika ia mendekat kepadaKu sejengkal, tentu Aku
akan mendekat kepadanya sehasta. Apabila ia mendekat kepadaKu sehasta, Aku akan
mendekat kepadanya sedepa. Dan apabila ia datang kepadaKu dengan berjalan,
tentu aku akan mendatangiNya dengan berlari-lari kecil”. Allaah Maha Baik,
Maha Pemberi Rahmat. Saya selalu yakin bahwa berada di jalan yang kecil berarti
diberi kesempatan untuk menemukan sebuah perempatan yang lebih besar, sangat
besar, yang jauh lebih menyenangkan dan menantang daripada yang kita bayangkan
dahulu kala. Tentu saja rencana Allaah lebih indah, bagi orang-orang yang mau
berusaha melalukan segalanya sebaik mungkin, dimanapun kita berada. “Tidak
ada sehelai daunpun yang gugur yang tidak diketahuiNya, tidak ada sebutir
bijipun dalam kegelapan bumi dan tidak pula sesuatu yang basah, atau yang
kering, yang tidak tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfudz)” Q.S.
Al-An’am : 79. Subhanallaah.. dimanapun kita, sesakit apapun kita, sesulit apapun
kita menerima keadaan, yakinilah bahwa itulah cara Allaah untuk membahagiakan
kehidupan kita di dunia maupun di akhirat, dari firman tadi bukankah sudah
jelas bahwa ada makna jika Allaah mengetahui segala fenomena, yang ada diluar
pemahaman manusia.
So, just do our best guys… I’m sure we’ll get the best too…
Semangaaaaatttt… (^.^)//
Tidak ada komentar:
Posting Komentar