Sabtu, 30 Maret 2013

R-I-N-D-U



 
Aku menulis ini ketika langit senja menghiasi angkasaku
Bersama langit yang menjingga warnanya, aku mengurai saat-saat itu
Membayang lagi setelah kuredam sangat dalam…
Tentang segores kisah yang telah terlampaui terbingkai dalam potret kenangan
Tentang bangku-bangku kelas dan teras depan yang meneduhkan saat hujan
Ada perasaan yang tak terbayang ketika itu
Menelusup begitu saja menenangkan
Saat ia dan aku benatap biru langit sembari bercerita tentang impian-impian
(impian yang kini sedang kami nyatakan)
Saat ia dan aku menjulurkan tangan menadah airlangit yang membangunkan
(karena siang selalu hadir membawa tentara kantuk yang menyerang)
Saat ia dan aku menuruni tangga dengan langkah yang sepadan
(menuju kemanapun dalam kebersamaan)
Saat ia dan aku mendengar bisik-bisik teman yang melayang penasaran
(ada hubungan apa antara ia dan aku)
Saat ia dan aku duduk di bangku yang berdekatan
(kelompok belajar kami berurutan)
Ada perasaan yang terbit menghangatkan sanubari
Ada pula perasaan yang dingin seperti dinginnya gletser yang mencair
Hatiku merasa berbunga mengenangnya, sebelum  beberapa saat kemudian ia layu menyadari kenyataan
Ia dan aku sudah berpayung pada langit yang tak lagi sama
Senja disini, bisa jadi sudah petang disana
Pagi disini, bisa jadi udah siang disana
Malam disana-sini, bintangnya mungkin lebih banyak disana atau disini…

Entah mengapa senyumku menjadi aneh menyadari hal ini, entah…
Kembali sebuah perasaan muncul, perasaan untuk kembali mengulanginya, mengulangi kisah yang indah itu
Tidak, bukan rasa ingin mengulangi, lebih kepada rasa ingin melanjutkan kisah itu
Rasa yang terbias sebuah rasa yang lain
Sebuah rasa yang lain yang samar-samar coba kutafsirkan
Ya, rasa itu walau samar rasanya bergelayut tak tertahankan
Ia, aku, kita, dan kisah yang terkenang….
Perasaan yang hadir diantara rasa yang lain…
Ya, aku tafsirkan rasa itu,
Aku benar-benar,
Aku benar-benar merasa…
R-I-N-D-U…R-I-N-D-U…R-I-N-D-U…


Tidak ada komentar:

Posting Komentar