Minggu, 28 April 2013

Percayalah (Karena Saya Sayang Kalian)



            Izinkan saya sejenak berbicara tentang realita yang seringkali membuat hati saya menangis. Hati saya menangis bukan karena saya jengkel, sebal, marah dan perasaan yang semacam itu, tapi karena rasa sayang yang teramat pada kalian, pada agama saya, dan pada bangsa saya yang sekarang sedang sakit ini. Saya sebenarnya belum cukup pantas untuk berbicara tentang sesuatu yang kaitannya dengan hati nurani, yaitu KEJUJURAN. Saya sangat percaya, bahwa Anda semua sudah dewasa, bahkan lebih dewasa dari pada saya. Oleh karena itu, izinkan saya yang masih kecil ini menyampaikan cerita dan analisa yang mungkin kurang tepat untuk sebagian orang.
            Dengan mata kepala saya sendiri, tempo hari saya melihat seorang calon bapak (karena isterinya sedang mengandung) repot menata ulang meja pengawas ujian yang sudah tertata sebelumnya hanya demi keinginan ‘kerja sama’ dengan rekannya saat UTS sedang berlangsung. Padahal dari yang saya kira, beliau adalah orang yang terbijaksana di angkatan ini. Bukan hanya dari segi umur yang memang sudah senior jika dibandingkan dengan kami, tapi juga asam garam yang beliau kecap pasti lebih lebih banyak daripada saya. Ia sudah menjadi seorang suami *red pemimpin, menantu, anak, dan kini menjadi calon bapak, tapi yang sangat saya sesalkan ialah usaha beliau yang begitu ‘niat’ hanya untuk ‘kerja sama’ (atau suudzon saya, beliau nyontek juga). Tapi, itu hanya sekedar  fakta yang saya lihat, yang menurut saya salah, yang menurut saya kurang tepat, yang menurut saya tidak seharusnya dilakukan oleh orang yang sebentar lagi menyandang gelar BAPAK (saya tidak membayangkan jika Bapak saya dulu nyontek atau calon anak orang itu tahu bapaknya nyontek)…
            Dari kejadian itu, saya hanya ingin bilang sedikit saja pendapat saya yang Anda boleh setujui dan Anda boleh tidak setujui. Di hati nurani saya yang dalam, saya tentu ingin mendapat nilai bagus, tentu saya ingin. Tapi dihati nurani saya yang lebih dalam, saya tidak ingin membohongi diri saya sendiri. Salah satu cara untuk itu ialah dengan tidak ‘kerjasama’ atau mencontek saat apapun dengan cara apapun. Saya tidak ingin menjadi seperti buah semangka yang besar dan bagus kulitnya, tapi ternyata busuk isinya. Saya juga tidak ingin menjadi pecundang rela melakukan segala cara padahal ia tahu cara yang ia lakukan itu salah.
            Saya selalu miris ketika menyadari diantara teman saya bahwa ‘kerja sama’ dan nyontek itu adalah bentuk solidaritas, bentuk kepedulian yang berlandaskan sebuah persahabatan. BUKAN. Hal –hal yang seperti itu justeru jalan sesat. Saya tidak pernah ingin menjadikan sahabat saya seorang pembohong, yang membohongi dirinya sendiri, dan seorang pecundang, yang mencundangi dirinya sendiri. Dan saya rasa semuanya sepakat dengan saya tentang keinginan yang barusan saya kemukakan. Kita semua sudah dewasa, sudah memilih jalan yang akan kita tempuh, sudah berjalan diatas jalan itu, sudah melewati naik turun dan kelokan-kelokan disepanjang jalan, dan pastinya sudah tahu yang benar-benar benar, dan yang benar-benar salah. Kita pasti tahu, siapa yang lebih hebat. Menurut saya lebih hebat orang yang jujur tapi nilainya buruk, daripada yang nilainya selangit tapi curang.
            Pernahkah Anda semua sekali saja berfikir tentang apa jadinya Islam dan Negara Indonesia ini sepuluh tahun mendatang ketika generasi penerusnya ialah generasi yang handal dalam kecurangan?? Saya ingat kata seorang guru saya, bahwa pada tahun-tahun mendatang, yang akan mendidik anak-anak beliau ialah kita, maka dari itu, beliau memberikan pendidikan yang terbaik, pendidikan yang luar biasa baik, demi kebaikan kita, bukan hanya baik dari segi akademis saja, tapi yang lebih penting daripada itu ialah baik dari segi akhlak. Dan benar saja, kita sekarang disini ialah calon pendidik, yang menjadi tonggak dari nasib bangsa ini, agama ini. Kalau sekarang saja sudah seperti ini, tahan-tahun mendatang akan seperti apa?? Oh..sekali lagi kawan, teman, sahabat, saudara, saya menulis ini karena saya amat menyayangi kalian, agama, dan bangsa saya. Semoga bermanfaat, jujur itu menyenangkan, apaun hasilnya tetap terasa menyenangkan… Bukankanlah Sang Maha Pintar telah  mengaruniakan milyaran sel di otak, yang sangat mubadzir jika tidak kita pergunakan dengan baik?? Kawan, teman, sahabat, saudara, bahwa hebat bukanlah ketika semua nilai kita A, tapi ketika kita tidak mencundangi diri kita sendiri, ketika kita tidak membohongi diri kita sendiri. Lihatah orang-orang yang benar-benar hebat disekitar Anda semua, adakah diantara mereka satu saja yang gemar melakukankecurangan?? J

8 komentar:

  1. emmmmmm,,,,,,,q se7 bnget tuh ma pendpat mbak suci.........apapun hasilnya kalo dr hasil kta ndiri tuh akan membuat kita bersyukur (apalagi kalo hasilnya bagus),,,,(kalo hasilnya buruk) itu adlah hasil dari jerih payah kita ndiri krn tak maw berusaha yg maximal dan kita perlu koreksi diri........
    " semua tergantung amal perbuatan kita sendiri ".

    BalasHapus
  2. Tetap semangat, karena dengan seperti inilah kita bisa siap untuk MATI kapanpun dan dimanapun

    BalasHapus
  3. alhamdulilah masih ada yang memiliki pikiran jujur dan percaya diri diantara banyak sampah pikiran yang maunya bagus, gampang, nyaman atas usaha curang dan gak peduli orang lain... semoga empati dan kejujuran tetap terjaga dimanapun kita berada.... tenang dunia akhirat....

    BalasHapus