Fotolistrik
adalah peristiwa terlepasnya elektron-elektron dari permukaan logam
(disebut elektron foton) ketika logam
tersebut disinari dengan cahaya. Semakin besar frekuensi cahaya yang
menyinarinya, maka energi kinetik elektron fotonpun akan semakin besar.
***
Ketika
pelajaran mengenai fotolistrik di sampaikan, saya merasa sepertinya ada yang
mirip -mirip dengan konsep di atas, tapi apa ya?? Lama menerawang sayapun
mendapati juga, bahwa efek fotolistrik = efek bermimpi.
Syarat
utama untuk merasakan kedua efek ini adalah berani bermimpi. Kadang, orang
berfikir, apa gunanya saya bermimpi jika pada kenyataannyasaya tidak
berkompeten untuk mewujudkannya? Hiiiiiih.. pikiran yang *maaf* menunjukkan
bahwa orang tersebut hidup di zaman prasejarah yang volume otknya masih
sedikit. Kompetensi/kemampuan memang memiliki keterbatasan, tapi bermimpi tidak
pernah mengenal batas. Siapapun, ketika ia bisa memejamkan matanya,ia sanggup
bermimpi. Siapapun. Baik itu seseorang yang memiliki kuasa ataupun seseorang
yang tadak ada dayanya. Dan dengan bermimpi, seseorang akan punya energi lebih
untuk mampu menerjang keterbatasan itu.
--sekali
lagi, bahwa semua orang yang bisa menutup matanya, mampu bermimpi--. Mimpi
tidak membutuhkan biaya, tapi keberanianlah modal utamanya. Mimpi milik semua
orang, seperti halnya elektron foton yang selalu ada saat disinari oleh
frekuensi cahaya yang besar.
Saya
sangat senang memejamkan mata saya dalam waktu yang lama, karena dengan mata
terpejam, saya melihat diri saya menjadi apa yang saya inginkan : menjadi
penulis ^^, Di mimpi saya, sebagai penulis, saya merasa benar-benar menjadi
manusia modern karena saya telah punya karya – Perbedaan manusia purba dengan
manusia modern adalah karyanya --. Satu lagi hal yang sangat sangat indah
ketika saya bermimpi menjadi seorang penulis ialah dunia melihat saya, atau
saya dilihat oleh dunia.. betapa menyenangkanya.. --Jikaingin melihat
dunia, membacalah, dan jika ingin dilihat dunia, menulislah—Ohoho..dahsyatnya
menjadi seorang penuliis ^^. Dan ketika di dunia nyata dengan mata terbuka,
saya benar benar semangat berusaha ubtuk menjadi penulis seperti yang saya
impikan. Itu semangat saya..efek karena mimpi saya yang sangat menyenangkan .
masih ragu bermimpi?? Jangan sampai deh..
Kembali
ke mimpi dan efek fotolistrik. Saya akan sedikit menguraikan analogi antara
keduanya. Dalam efek fotolistrik, ada beberapa faktor yang mempengaruhi :
Frekuensi cahaya, energi kinetik, dan elektron yang terlepas. Sementara efek
jika kita bermimpi, faktor yang mempengaruhinya ialah impian, usaha, dan
pencapaian kita.
Semakin
besar frekuensi cahaya yang menyinari foton, maka akan semakinbesar pula energi
kinetik yang ada, dengan energi kinetik yang semakin besar (berarti juga
semakin cepat EK = m.v2) maka semakin
cepat pula foton terlepas dari logam yang ia tempeli. Sama halnya dengan efek
mimpi. Semakin berani kita mematok impian kita, maka akan semakin besar pula
usaha yang kita lakukan untuk merengkuhnya. Dengan usaha yang semakin besar,
akan waktu untuk meraih pencapaian dari mimpi kita tentunya akan semakin cepat
dengan pencapaian yang maksimal pula. Hehehe, mirip mirip kan efek fotolistrik
sama efek impian.. jadi asal berani memejamkan mata, kita tidak perlu takut
tidak mampu bermimpi, kalau kata saya –dalam gelap bukan berarti tidak ada
cahaya, justru dalam gelap, kita akan benar benar sadar seberapa terang cahaya
tersebut—ketika mata kita terpejam, yang penting lihatlah benar-benar menjadi
apa dirimu, tidak usah lihat siapa kamu, darimana asalmu, tadak usah hiraukan
apa yang orang lain anggap dan katakan mengenai mimpimu, sulut saja semangat
untuk menjadi apayang kau lihat,dan rasakan betapa ingn kau berusaha serta
betapa bahagianya ketika kau tak hanya menjadi apa yang kau impikan ketika matamu
terpejam, tapi juga ketika matamu terbuka. Semaangaaatttt (^.^)//
Tidak ada komentar:
Posting Komentar