Sabtu, 30 Maret 2013

Mimpi : Efek Fotolistrik



Fotolistrik adalah peristiwa terlepasnya elektron-elektron dari permukaan logam (disebut  elektron foton) ketika logam tersebut disinari dengan cahaya. Semakin besar frekuensi cahaya yang menyinarinya, maka energi kinetik elektron fotonpun akan semakin besar.
***
Ketika pelajaran mengenai fotolistrik di sampaikan, saya merasa sepertinya ada yang mirip -mirip dengan konsep di atas, tapi apa ya?? Lama menerawang sayapun mendapati juga, bahwa efek fotolistrik = efek bermimpi.
Syarat utama untuk merasakan kedua efek ini adalah berani bermimpi. Kadang, orang berfikir, apa gunanya saya bermimpi jika pada kenyataannyasaya tidak berkompeten untuk mewujudkannya? Hiiiiiih.. pikiran yang *maaf* menunjukkan bahwa orang tersebut hidup di zaman prasejarah yang volume otknya masih sedikit. Kompetensi/kemampuan memang memiliki keterbatasan, tapi bermimpi tidak pernah mengenal batas. Siapapun, ketika ia bisa memejamkan matanya,ia sanggup bermimpi. Siapapun. Baik itu seseorang yang memiliki kuasa ataupun seseorang yang tadak ada dayanya. Dan dengan bermimpi, seseorang akan punya energi lebih untuk mampu menerjang keterbatasan itu.
--sekali lagi, bahwa semua orang yang bisa menutup matanya, mampu bermimpi--. Mimpi tidak membutuhkan biaya, tapi keberanianlah modal utamanya. Mimpi milik semua orang, seperti halnya elektron foton yang selalu ada saat disinari oleh frekuensi cahaya yang besar.
Saya sangat senang memejamkan mata saya dalam waktu yang lama, karena dengan mata terpejam, saya melihat diri saya menjadi apa yang saya inginkan : menjadi penulis ^^, Di mimpi saya, sebagai penulis, saya merasa benar-benar menjadi manusia modern karena saya telah punya karya – Perbedaan manusia purba dengan manusia modern adalah karyanya --. Satu lagi hal yang sangat sangat indah ketika saya bermimpi menjadi seorang penulis ialah dunia melihat saya, atau saya dilihat oleh dunia..  betapa menyenangkanya..  --Jikaingin melihat dunia, membacalah, dan jika ingin dilihat dunia, menulislah—Ohoho..dahsyatnya menjadi seorang penuliis ^^. Dan ketika di dunia nyata dengan mata terbuka, saya benar benar semangat berusaha ubtuk menjadi penulis seperti yang saya impikan. Itu semangat saya..efek karena mimpi saya yang sangat menyenangkan  . masih ragu bermimpi?? Jangan sampai deh..
Kembali ke mimpi dan efek fotolistrik. Saya akan sedikit menguraikan analogi antara keduanya. Dalam efek fotolistrik, ada beberapa faktor yang mempengaruhi : Frekuensi cahaya, energi kinetik, dan elektron yang terlepas. Sementara efek jika kita bermimpi, faktor yang mempengaruhinya ialah impian, usaha, dan pencapaian kita.
Semakin besar frekuensi cahaya yang menyinari foton, maka akan semakinbesar pula energi kinetik yang ada, dengan energi kinetik yang semakin besar (berarti juga semakin cepat EK =  m.v2) maka semakin cepat pula foton terlepas dari logam yang ia tempeli. Sama halnya dengan efek mimpi. Semakin berani kita mematok impian kita, maka akan semakin besar pula usaha yang kita lakukan untuk merengkuhnya. Dengan usaha yang semakin besar, akan waktu untuk meraih pencapaian dari mimpi kita tentunya akan semakin cepat dengan pencapaian yang maksimal pula. Hehehe, mirip mirip kan efek fotolistrik sama efek impian.. jadi asal berani memejamkan mata, kita tidak perlu takut tidak mampu bermimpi, kalau kata saya –dalam gelap bukan berarti tidak ada cahaya, justru dalam gelap, kita akan benar benar sadar seberapa terang cahaya tersebut—ketika mata kita terpejam, yang penting lihatlah benar-benar menjadi apa dirimu, tidak usah lihat siapa kamu, darimana asalmu, tadak usah hiraukan apa yang orang lain anggap dan katakan mengenai mimpimu, sulut saja semangat untuk menjadi apayang kau lihat,dan rasakan betapa ingn kau berusaha serta betapa bahagianya ketika kau tak hanya menjadi apa yang kau impikan ketika matamu terpejam, tapi juga ketika matamu terbuka. Semaangaaatttt (^.^)//


Tidak ada komentar:

Posting Komentar