Sebelumnya, saya minta maaf,
amat minta maaf kepada semua anggota organisasi bidik misi di kampus saya.
Bukan maksud saya acuh dan tidak mau berkecimpung dalam organisasi. Terkadang,
saya sangat berniat untuk itu, tapi waktu saya tidak sefleksibel masa dulu
saya. Saya tahu dengan menyatakan hal ini lantas saya tidak serta merta menjadi
langsung peduli. Atau langsung berperan, tidak. Tapi, semoga sedikit cerita
saya ini bisa bermanfaat untuk Anda semua.
Pagi
itu, di asrama, Bapak saya melalui telepon bertanya kepada saya tentang
pencairan bidik misi semester ini, beliau yang memang baru pertama kali
mengizinkan saya tinggal ‘diluar rumah’ kala itu khawatir saya kehabisan uang.
Beberapa hari sebelumnya. Saya bercerita kepada Ibu tentang keuangan saya yang
memang sudah menipis. Mungkin bagi sebagian orang, hal yang seperti itu biasa
saja, lalu dengan santai langsung saja minta kepada orangtua. Tapi saya,
mungkin karena sejak kecil saya jarang sekali meminta kepada Bapak Ibu, saya
canggung, saya merasa tidak berani berkata yang sebenarnya kepada Bapak. Ya,
pada saat itu, saya berbohong kepada Bapak, tapi tidak sepenuhnya berbohong.
Ketika
Bapak saya bilang apa saya uang saya masih cukup, saya bilang masih. Dan
kenyataannya uang saya memang masih cukup untuk hidup. Yang saya agak sayangkan
ialah, untuk memperpanjang nafas saya di
asrama, saya harus mengambil dari tabungan yang saya khususkan, yang saya
peruntukkan hanya untuk melanjutkan study saya kelak. L Sebenarnya, Bapak tidak akan merasa keberatan untuk
memberikan uang saku lagi seperti saat saya masih SMP, tapi saya bukan anak SMP
lagi, saya pun kini sudah sedikit demi sedikit mengumpulkan seperak dua perak
sendiri.
Sebenarnya,
ketika itu saya tidak ingin – sangat tidak ingin mengambil tabungan yang saya
kumpulkan sedari SMA itu, tapi keadaan tiba-tiba menjadi pendesak yang sakti
untuk saya kemudian merelakan sebagian uang dan
menggunakannya bukan untuk pendidikan yang saya idamkan.
Desas-desus
akan cairnya bidik misi semester ini pada awal bulan April lagi-lagi hanya
isapan jempol belaka. Kenyataan di dunia yang sebenarnya, tak ada sepeserpun
yang uang dari Negara yang masuk ke rekening kami. Entah telah nyangkut di kantong mana,
entah saya tidak tahu. Kami sudah bukan sekecil dulu sehingga kami bisa Anda
kibuli, dan Anda rayu dengan manisnya janji yang ternyata dusta itu. Kami
membawa menjunjung nama Bidik Misi di pundak kami, kami sadar, dan Kami
berusaha memberikan yang terbaik demi nama Bidik Misi yang ada di pundak kami
ini. Kami berusaha menstabilkan IP kami, mengikuti kegiatan yang diperuntukkan
bagi kami, dan kami tinggal jauh dari orang tua hanya karena kami ingin
mematuhi kewajiban kami sebagai penerima bidik misi, tapi tidak bisakah Anda
yang telah dipercaya, memberikan yang tebaik juga untuk kami?
Bukan
hanya masalah nominal yang kami gugat disini. Itu bukan hal yang utama, kami
hanya ingin melihat kinerja yang jelas, komitmen yang yang jelas pula dari yang
bertugas. Anda yang bertugas mengurusi kami ialah orang terpilih yang paling
bisa di andalkan untuk ‘mengurusi’ kami, kami percaya itu. Kami sangat
berterimakasih atas kesempatan dan bantuan yang telah tersalurkan dengan baik
kepada kami di semester yang lampau, dan untuk semester ini, kami berharap hak
kami akan segera sampai kepada kami, segera secepatnya. Semoga Anda sadar, dan
menunaikan tugas yang seharusnya Anda penuhi, sebelum pertanggung jawaban atas
tugas Anda diminta oleh yang Maha Meminta Pertanggungjawaban. Ini hanya sedikit
cerita yang saya alami dan kemungkinan besar dialami oleh teman-teman saya
penerima bidik misi di kampus ini maupun di kampus lain, tidak lebih.
Terimakasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar