Minggu, 28 April 2013

Suka Duka Bidik Misi



Sebelumnya, saya minta maaf, amat minta maaf kepada semua anggota organisasi bidik misi di kampus saya. Bukan maksud saya acuh dan tidak mau berkecimpung dalam organisasi. Terkadang, saya sangat berniat untuk itu, tapi waktu saya tidak sefleksibel masa dulu saya. Saya tahu dengan menyatakan hal ini lantas saya tidak serta merta menjadi langsung peduli. Atau langsung berperan, tidak. Tapi, semoga sedikit cerita saya ini bisa bermanfaat untuk Anda semua.
            Pagi itu, di asrama, Bapak saya melalui telepon bertanya kepada saya tentang pencairan bidik misi semester ini, beliau yang memang baru pertama kali mengizinkan saya tinggal ‘diluar rumah’ kala itu khawatir saya kehabisan uang. Beberapa hari sebelumnya. Saya bercerita kepada Ibu tentang keuangan saya yang memang sudah menipis. Mungkin bagi sebagian orang, hal yang seperti itu biasa saja, lalu dengan santai langsung saja minta kepada orangtua. Tapi saya, mungkin karena sejak kecil saya jarang sekali meminta kepada Bapak Ibu, saya canggung, saya merasa tidak berani berkata yang sebenarnya kepada Bapak. Ya, pada saat itu, saya berbohong kepada Bapak, tapi tidak sepenuhnya berbohong.
            Ketika Bapak saya bilang apa saya uang saya masih cukup, saya bilang masih. Dan kenyataannya uang saya memang masih cukup untuk hidup. Yang saya agak sayangkan  ialah, untuk memperpanjang nafas saya di asrama, saya harus mengambil dari tabungan yang saya khususkan, yang saya peruntukkan hanya untuk melanjutkan study saya kelak. L Sebenarnya, Bapak tidak akan merasa keberatan untuk memberikan uang saku lagi seperti saat saya masih SMP, tapi saya bukan anak SMP lagi, saya pun kini sudah sedikit demi sedikit mengumpulkan seperak dua perak sendiri.
            Sebenarnya, ketika itu saya tidak ingin – sangat tidak ingin mengambil tabungan yang saya kumpulkan sedari SMA itu, tapi keadaan tiba-tiba menjadi pendesak yang sakti untuk saya kemudian merelakan sebagian uang dan  menggunakannya bukan untuk pendidikan yang saya idamkan.
            Desas-desus akan cairnya bidik misi semester ini pada awal bulan April lagi-lagi hanya isapan jempol belaka. Kenyataan di dunia yang sebenarnya, tak ada sepeserpun yang uang dari Negara yang masuk ke rekening  kami. Entah telah nyangkut di kantong mana, entah saya tidak tahu. Kami sudah bukan sekecil dulu sehingga kami bisa Anda kibuli, dan Anda rayu dengan manisnya janji yang ternyata dusta itu. Kami membawa menjunjung nama Bidik Misi di pundak kami, kami sadar, dan Kami berusaha memberikan yang terbaik demi nama Bidik Misi yang ada di pundak kami ini. Kami berusaha menstabilkan IP kami, mengikuti kegiatan yang diperuntukkan bagi kami, dan kami tinggal jauh dari orang tua hanya karena kami ingin mematuhi kewajiban kami sebagai penerima bidik misi, tapi tidak bisakah Anda yang telah dipercaya, memberikan yang tebaik juga untuk kami?  
            Bukan hanya masalah nominal yang kami gugat disini. Itu bukan hal yang utama, kami hanya ingin melihat kinerja yang jelas, komitmen yang yang jelas pula dari yang bertugas. Anda yang bertugas mengurusi kami ialah orang terpilih yang paling bisa di andalkan untuk ‘mengurusi’ kami, kami percaya itu. Kami sangat berterimakasih atas kesempatan dan bantuan yang telah tersalurkan dengan baik kepada kami di semester yang lampau, dan untuk semester ini, kami berharap hak kami akan segera sampai kepada kami, segera secepatnya. Semoga Anda sadar, dan menunaikan tugas yang seharusnya Anda penuhi, sebelum pertanggung jawaban atas tugas Anda diminta oleh yang Maha Meminta Pertanggungjawaban. Ini hanya sedikit cerita yang saya alami dan kemungkinan besar dialami oleh teman-teman saya penerima bidik misi di kampus ini maupun di kampus lain, tidak lebih. Terimakasih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar